Jadilah yang Terbaik

•29 Mei 2014 • 2 Komentar

kadang seseorang setengah hati dalam bekerja disebabkan berbagai alasan, di antaranya:

1. tidak diperhatikan atasan

2. kurang mendapat jabatan yang cocok

3. hanya sekedar menunggu promosi jabatan

4. ketidak pastian penguasa yang didukung dalam pilkada

5. dll

Hal ini menunjukkan ketidakmampuan seseorang dalam bekerja karena profesionalitas tak kenal waktu, tempat dan penguasa yang akan menjadi pemimpin kita, tetapi profesionalitas harus tertanam dalam lubuk hati yang terdalam.

Namun itu sudah menjadi suatu realitas yang sulit diperbaiki karena sistem demokrasi kita lebih mementingkan balas jasa dan berbagi kekuasaan .

Pentingnya sinergitas di suatu instansi

•8 Mei 2014 • Tinggalkan sebuah Komentar

Dalam suatu instansi harus diupayakan kenerja tinggi dan konsisten dengan amanah yang dipikulnya. Namun dari kebanyakan instansi kurang bisa mewujudkan itu entah mengapa?
Seakan akan suatu instansi hanyalah terminal promosi jabatan saja dari Kasi menjadi Kabid,dari Kabid menjadi sekretaris dan dari skretaris menjadi Kadis.
Itulah hal nyata yg kita temui dalam pemerintahan apalagi pejabat setempat hanya memikirkan orang-orang pendukungnya tanpa memikirkan kompetensinya.
Sungguh kejam memang dendam politik itu  karena bisa merusak tatanan pemeritahan karena yang terjadi adalah bagi bagi kekuasaan pada kroni-kroni politik mereka.
Akhirnya kecemburuhan sosial terjadi di setiap instansi sehingga kemajuan susah diraih.

image

Diproteksi: Pentingnya sinergitas di suatu instansi

•8 Mei 2014 • Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

Uji Kompetensi Guru (UKG)

•1 Agustus 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar

Alhamdulillah saya sudah mencoba ikut UKG meskipun hasilnya kurang memuaskan, namun sebagai guru UKG memang perlu karena dengan UKG kita bisa punya inisiatif untuk mempertahankan status sebagai guru profesional.

Terlepas dari pro dan kontra, dengan adanya UKG banyak kawan guru yang berlatih menggunakan mouse, mengclik, menscroll sekaligus membeli laptop dadakan. Minimal ada rasa tanggungjawab sebagai guru yang memiliki tunjangan 1x gaji dibanding PNS lain, ada kesadaran bahwa tunjangan itu bukan untuk ditabung tapi dibelanjakan untuk mempertahankan jatidirinya sebagai guru rofesional.

Guru profesional mensaratkan harus menguasai IT bukan malah merendahkan martabat IT.( komputer sama mesin ketik), juga harus menambah wawasan mengarungi dunia maya, menambah koleksi buku-buku terbitan baru bukan beli rumah baru, baju serba mahal dan selalu berwisata rohani demi mengikuti hasrat hidup.

Rasa tanggung jawab sebagai guru profesional harus ditunjukkan dalam tugas sehari-hari seperti pada saat ingin memperoleh peluang tersebut.

Tapi itu semua terserah pribadi masing-masing, mungkin hal itu sebagai balas dendam karena selama ini guru selalu menyandang nama UMAR BAKRI, dg hadirnya tunjangan sertifikasi guru berusaha menghapus sebutan itu dan berpacu untuk memiliki mobil yang mewah sehingga guru bisa hidup di tengah masarakan dengan preikat baru.

Kebijakan yang GALAT

•24 Mei 2012 • 1 Komentar

Good Policy adalah harapan pemerintah pusat yang memerlukan dana yang cukup besar untuk merealisasikan harapan tersebut. Namun dalam perjalanannya selalu ada yang mengalami kegagalan atau berhasil namun kurang memuaskan.

Sebagai contoh adalah program sertifikasi guru, berapa M pemerintah mengeluarkan dana untuk itu? apakah hasilnya sesuai yang diharapkan?

Contoh lain adalah Ujian Nasional, apakah dengan adanya Ujian Nasional pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan mutu? atau malah menimbulkan kecurangan dan kecurigaan?

MENGEBIRI BAKAT SISWA

•24 Februari 2012 • 2 Komentar

Menggali bakat siswa adalah tugas dan tanggung jawab guru,namun apa jadinya setelah bakat itu sudah terukur dan terlatih serta teruji tetapi tidak disalurkan?

Banyak program tahunan yang harus diperlombakan di tingkat kabupaten, sep erti: OSN, O2SN, Cerdas Cermat UUD 45, Debat bahasa Ingris, FLS2N, …..,……, tetapi kalau jawabannya tidak bisa dilaksanakan karena DPRD tidak menyetujui DIPA yang diusulkan, haruskah setiap sekolah melakukan iuran untuk melaksanakan program tersebut? atau sebaliknya kita gak usah melakukan itu karena itu tugas mereka.

Alangka berdosanya jika para siswa yang sudah terlatih itu gagal berangkat ke provinsi gara-gara tidak ada dana, rasanya susah menjelaskan kepada mereka dan mereka seharusnya tak mengetahui tentang itu.

Kalau itu sampai terjadi berarti masa keterpurukan akan tertoreh dalam sejarah yang akan dibaca oleh generasi berikutnya.

Tak jelas memang motifnya karena pendikan sudah menjadi ajang politik, meskipun ada pelajaran politik di dunia pendidikan.

 

Juara OSN Bartim 2011

•1 Juni 2011 • 1 Komentar

1. Matematika;

I. Kristian SMAN 1 T.Layang

II. Noraida MAN Dusun Timur

III. Juliani SMAN 1 P.Tutui

2. Astronomi

I. Rian ND  SMAN 1 T.Layang

II. Devita A SMAN 1 Ds. Tengah

III. Haryadi MAN 1 D. Timur

3. Kebumian

I. Gusto SMAN 1 T.Layang

II. Caca Orida SMAN 1  P. Tutui

III. Rahmi AS MAN D.Timur

4. TIK

I. Noorhidayah MAN D. Timur

II. Debby Auliya F SMAN 1 T.Layang

III. Ardianto SMAN B. Lima

5. Ekonomi

I.Andrea PH SMAN 1 T.Layang

II. Nurjanah SMAN 1 A. Lapai

III. Susi Andayani SMAN 1 Dusun Tengah

6. FISIKA

I. Ratih DA SMAN 1 T.Layang

II. Siti Hamdanah SMAN 1 A. Lapai

III. Selpiana SMAN 1 B. Lima

7. KIMIA

I.Rosi DP SMAN 1 T.Layang

II. Rifa’atul Mahmudah MAN D. Timur

III. Marahayatini SMAN 1 B. Lima

8. Biologi

I. Andi RS SMAN 1 T.Layang

II. Dian A Labi SMAN 1 T.Layang

III. Cyntia Intani SMAN 1 B. lima

Semua juara dari I S.D. III akan dikirim ke Palangkaraya tanggal 6 Juni 20011, agar kiranya dapat

menyiapkan diri.

TTD

Kasi Ibu

Hidup dalam Dillema

•26 Maret 2011 • 1 Komentar

Dua Puluh Satu tahun sudah saya berkiprah dalam dunia pendidikan, berbagai macam pelatihan sudah saya jalani demi kemajuan peserta didik, berbagai strategi pembelajaran sudah saya terapkan, namun ada ketidak seimbangan dalam sistem tersebut karena tidak semua komponen berjalan sesuai standar.
Ada rasa ketidakpuasan dalam batin mengapa hasil tidak maksimal, apa yang salah?
Rasanya perlu kita mencoba menerapkan sistem pendidikan yang betul-betul formal, dalam arti kita harus mengkondisikan standarisasi semua elemen, seperti: Guru, Media, Sarana dan Prasarana dan semuanya harus terevaluasi.
Yang terjadi sejak dulu adalah semua berjalan di tempat, kadang malah berjalan mundur, terutama sejak Tunjangan Sertifikasi Guru diterapkan.
Kecemburuan membuat kinerja menurun, sementara yang sudah menerima tunjangan sertifikasi samasekali gak beda dengan yang lainnya, tidak ada tanggungjawab moral.

Prestasi yang Terabaikan

•28 Oktober 2010 • 6 Komentar

Banyak prestasi anak-anak Bartim di bidang olahraga yang telah dan bisa dicapai, namun musuh terberatnya adalah tiadanya DANA yang menunjanjang, Siapa yang Salah???

Selaku pembina basket SMANSAYANG JOSS BC, saya kerab kali naik turun kantor Pemda Bartim sambil membawa proposal, kadang mujur kadang celoteh tak sedap yang kudapat, itulah resiko pengemis.

Namun sekarang lain, sekolahku sudah melimpah dana; Dana Subsidi, dana Komite, dan dana lain yang tak mengikat.

Salahkah aku jika memasukkan program olahraga ke dalam RAPBS yang begitu besar? bukankah olahraga merupakan termasuk Pengembangan diri  yang harus dilaksanakan di sekolah?

 Di sisi lain hadiah yang diberikan oleh penyelenggara sangat kecil, sehingga tak mampu untuk membiayai kegiatan tersebut, sering kali kami mengeluarkan uang 24 juta, hadiah yang diperoleh 1 juata untuk juara I.

Terkadang olahraga hanya milik olarawan saja, yang paling ekstrim adalah ada pemangku kebijakan yang tega memangkas dana untuk kepentingan diri sendiri, entah terbuat dari apa hati mereka.

Wallahu a’lam

Guru Abad 21

•3 Oktober 2010 • 4 Komentar

Tanah dan air penuh dengan mahluk hidup, namun terkecuali manusia, mereka jarang sekali mengalami perubahan, dan kalaupun mereka berubah, perubahan itu memerlukan waktu yang lama sekali. Paku-pakuan tumbuh dan ikan berenang tetap dalam cara yang sama seperti apa yang mereka lakukan jauh sebelum manusia berjalan di atas permukaan bumi ini. Semut-semut yang rajin melanjutkan kegiatan mereka sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka, tetap dengan cara yang tidak bebeda ketika dinosaurus menguasai dunia. Tetapi manusia dalam sejarahnya yang singkat telah mengubah wajah dunia dan dirinya sendiri. Cirri khas yang dimilikinya adalah perubahan yang terarah dengan mempergunakan pikirannya. Dia adalah Homo sapiens ; Manusia  si pemikir.

Otak manusia bekerja seperti jantung yang tak berhenti berdenyut, siang dan malam, sejak masa kecil sampai tua renta. Dalam jaringan yang besarnya kurang dari satu setengah kilogram itu, tercatat dan tersimpan berbilyun-bilyun ingatan, kebiasaan, kemampuan, keinginan, harapan dan ketakutan. Di dalamnya tersimpan pola, suara, perhitungan dan berbagai dorongan. Bahkan bisikan yang terdengar tiga puluh tahun yang lalu, atau kenangan kebahagiaan yang tak kunjung datang namun terus terbayangakan          ( misalnya keinginan guru untuk memiliki gaji yang layak).

Bahwa manusia berpikir tiap saat adalah gambaran sehari-hari yang teramat biasa, namun bahwa sejarah kemanusiaan akan lebih mudah dipahami bila kita tinjau dari proses belajar, kenyataan ini merupakan konsep yang kurang dikenal. Sebenarnya karena disebabkan oleh factor belajarlah maka kita menjadi manusia seperti sekarang ini. Otak manusia yang menakjupkan, yang terbentuk sel demi sel dan refleks demi refleks, diperkuat oleh dua kekuatan yang tak kurang menakjupkan, yakni kemampuan berbicara dan tangan yang perkasa. Perkembangan  yang berjalan sangat lamban namun mengesankan , lewat proses belajar dan belajar , mengandung hal-hal yang memilukan dan memukau.

Hanya dengan belajar dan belajarlah para guru akan sanggup menjawab tantang kemajuan jaman